Jakarta– Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) memberikan akses pendidikan yang lebih baik dan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda Papua. Begitulah benang merah dari pendapat beberapa alumni ADEM dan ADik yang berhasil dijaring Tim Puslapdik beberapa waktu lalu.
Program ADEM yang mulai digelar tahun 2013 dan ADik sejak tahun 2012 ini merupakan intervensi pemerintah yang bersifat afirmatif untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak Indonesia yang punya keterbatasan geografis untuk memperoleh akses pendidikan yang berkualitas. Salah satu sasaran, bahkan sasaran utama kedua program tersebut adalah siswa dari Papua.
Sampai tahun 2023, ada sebanyak 11.400 siswa yang ikut program ADEM dan sudah meluluskan 6.817 siswa. Hampir 50 persen dari sejumlah itu merupakan siswa asal Papua, sisanya adalah siswa dari daerah 3T dan anak dari keluarga Pekerja Migran di Malaysia. Mereka menjalani sekolah SMA dan SMK di beberapa wilayah di Jawa, Sumatera dan beberapa wilayah lain di luar Papua. Sementara itu untuk program ADik, sejak tahun 2012 sampai 2023, sebanyak 3.231 siswa Papua berhasil melanjutkan kuliah di beberapa perguruan tinggi di luar Papua, seperti di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan wilayah lainnya.
Bermanfaat bagi anak-anak Papua
Salah satu siswa Papua yang merasakan manfaat ADEM adalah Josefina. Siswa asal Kabupaten Asmat, Papua Selatan, ini, berkesempatan mengikuti ADEM di SMA Santo Mikael tahun 2020 dan lulus tahun 2023.
Menurut Josefina, dengan mengikuti ADEM, dirinya memperoleh akses pendidikan yang berkualitas berupa peningkatan keterampilan, dan pengembangan kepemimpinan.
“Tinggal di daerah di luar Papua juga meningkatkan kesadaran saya akan budaya dan dari situ saya punya kesadaran dalam hal pemberdayaan komunitas, “ujarnya.
Baca juga : Program ADEM Tingkatkan Percaya Diri Siswa Papua
Dengan mengikuti ADEM, Josefina juga terinspirasi untuk melanjutkan kuliah. Lulus ADEM, ia mencoba mengikuti ADik, namun gagal karena tidak lolos seleksi. Namun, tak patah arang, Josefina tetap lanjut kuliah dengan biaya mandiri di Program Studi S1 Keperawatan Universitas Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta.
Josefina berharap, melalui ADEM, kesenjangan pendidikan antara Papua dan wilayah lain di Indonesia dapat dikurangi. Menurutnya pula, ADEM memberikan peluang yang sama untuk semua generasi muda Indonesia tanpa memandang latar belakang sosial dan ekonomi.
Manfaat yang sama juga dirasakan Reigel Albert Wonatorei, siswa ADEM di SMA Negeri 2 Semarapura, Kabupaten Klungkung, Bali. Program ADEM tidak hanya bermanfaat bagi Reigel dalam menimba ilmu dan pengalaman, tapi juga memperoleh jodoh, yakni Bernadette Evangelica Batsyeba Waromijatau Beby, siswa ADEM di SMA BOPKRI 1, Yogyakarta.
Usai lulus ADEM, Reigel sebenarnya ingin lanjut ke perguruan tinggi melalui ADik, namun nasib berbicara lain. tak lama setelah lulus ADEM dan pulang ke Papua, Reigel mengalami kecelakaan dan kakinya patah yang membuatnya harus istirahat cukup lama. Sedangkan istrinya, Beby, melanjutkan pendidikan teologi di Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta.
“Saat ini, saya sedang merintis usaha berbagai kue kering dan basah bersama istri, “katanya.
Menurut Reigel, Program ADEM sangat bermanfaat bagi kami, anak-anak Papua yang ingin menempuh pendidikan di luar Papua. Reigel merasakan memperoleh banyak pengetahuan, baik di bidang akademik, olahraga, ataupun adat-istiadat setempat. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang didapat itu, Reigel dan istrinya bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di Papua.
Baca juga : Cara Lulusan ADEM dan ADik Tingkatkan Literasi Papua
Memperluas jejaring
Sementara itu, program ADik diyakini berpotensi bagi mahasiswa untuk bisa terhubung dengan berbagai profesional, akademisi, dan rekan-rekan sejurusan dari berbagai daerah. Koneksi ini dapat membuka peluang untuk kolaborasi, magang, dan pekerjaan di masa depan. Hal itu dikatakan Soraya Reinate Evelin Ap, Mahasiswa ADik di Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu tahun 2016 dan lulus tahun 2022 lalu.
Menurut wanita yang saat ini menjalani program Magang di Pertamina Regional Papua-Maluku divisi Fungsi Supply dan Distribusi, Program ADik membuat mahasiswa Papua dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi dan pada ujungnya membuka peluang kerja yang lebih luas.
“Program ADik penting untuk kemajuan karir dan pencapaian tujuan jangka panjang,dapat memotivasi saya untuk mengejar peluang yang lebih besar dan menghadapi tantangan dengan lebih baik, “kata Soraya yang berharap lolos seleksi sebagai pegawai tetap Pertamina ini.
Pendapat yang senada juga dikatakan Monalisa Valencia Merauje, mahasiswa ADik tahun 2017 di program Studi Sistem Informasi Universitas Indonesia dan lulus tahun 2023 kemarin. Saat ini, Monalisa masih sebagai tenaga honorer di Dinas Pendidikan dan kebudayaan Pemerintah Kota Jayapura.
Dikatakan Monalisa, Program ADik merupakan kesempatan yang sangat luar biasa hingga Monalisa berhasil menimba ilmu di Universitas terbaik tanah air, dan dengan program ini juga sangat membantu keluarga dari segi ekonomi.
“Program ADik merupakan program yang sangat luar biasa karena dengan adanya program ini, putra putri asli Papua diberikan kesempatan yang sama untuk bisa menambah ilmu di perguruan Perguruan tinggi terbaik, “ujarnya.