Puslapdik-Mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek diminta jangan takut memasuki pemerintahan dan berpolitik.
“Pemerintah membutuhkan anak-anak muda yang cerdas, pintar, dan punya komitmen, saya percaya, mahasiswa penerima BPI Kemendikbudristek adalah mahasiswa yang cerdas dan punya komitmen, Saya, atas nama Presiden Joko Widodo, mengajak kalian untuk ikut berperan membangun pemerintah yang baik dan benar. Jangan takut berpolitik dan masuk pemerintahan.”
Demikian dikatakan Staf Khusus Presiden Bidang Pendidikan dan Inovasi, Billy Gracia Josaphat Jobel Mambrasar atau yang lebih akrab dengan sebagai Billy Mambrasar. Pria kelahiran Serui, Papua, Tahun 1988 tersebut, hadir sebagai pemberi motivasi dalam Pembekalan Studi mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek 2022, di Semarang, 1 Desember 2022 lalu.
Namun, kepada sekitar 100 orang mahasiswa yang hadir secara luring dan 359 mahasiswa lain yang hadir melalui zoom, Billy mengajaknya untuk memiliki tiga hal penting. Tiga hal penting itu disebut Billy dengan istilah Head atau kecerdasan, Hearth atau hati nurani, dan Hand atau karya.
“Anda, mahasiswa penerima beasiswa, ngga cukup hanya punya kecerdasan tapi tidak punya hati Nurani atau empati. Tapi kecerdasan dan hati nurani juga tidak cukup bila tak disertai karya. Karena itu, kalian harus punya kercerdasan, punya hati Nurani atau empati dan dibuktikan dengan karya atau pekerjaan, “tegas lulusan S2 dari Harvard University tersebut.
Baca juga : Perguruan Tinggi Harus Merespons Cepat Hadirnya Revolusi 4.0
Namun, di luar hal itu, berpijak pada pengalamannnya selama beberapa tahun terakhir di pemerintahan, Billy juga menambahkan satu sikap lagi yang penting dikuasai mahasiswa. Sikap itu yakni kemampuan mengungkapkan pemikiran dan perasaannya pada waktu dan tempat yang tepat serta pada orang yang juga tepat.
Masa kecil di rumah tanpa listrik
Dipandu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi (BPPT Kemendikbudristek), Ratna Prabandari, Billy menceritakan pengalamannya saat masa kecil di Serui, Kepulauan Yapen, Papua, sampai lantas keberhasilannya berkuliah di Fakultas Pertambangan di Institut Teknologi Bandung (ITB), melanjutkan Pendidikan di Oxford, dan di Harvard University. Terakhir, di luar dugaan, Presiden Joko Widodo mengajak Billy untuk bergabung sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Pendidikan dan Inovasi Tahun 2019 lalu.
“Rumah masa kecil saya di Serui itu belum ada listrik, dindingnya dari pelepah pohon dan atapnya dari daun, untuk ke Jayapura butuh waktu sekitar sehari semalam pakai perahu, “kata Billy.
Ayahnya, Isaschar Mambrasar, adalah guru honorer dan lantas jadi kepala sekolah namun masih dalam status sebagai honorer sampai sekarang. Masa kecil Billy dan adik-adiknya diisi dengan jualan kue untuk membiayai sekolahnya. Honor ayahnya sebagai kepala sekolah, diungkapkan Billy, dihabiskan untuk membantu masyarakat yang membutuhkannya. Karenanya, kebutuhan keluarga dipenuhi dengan jualan jue buatan ibunya.
Baca juga : Wuat Wa’i, Kearifan Lokal Rakyat Manggarai dalam Pembiayaan Pendidikan Tinggi
Bagi Billy, ayahnya merupakan panutannya sampai sekarang.
“Suatu saat nanti, saya ingin kembali ke Papua, jadi guru seperti ayah saya dan memberi banyak pendidikan formal pada anak-anak Papua yang tidak mampu, “kata pendiri Yayasan Kitong Bisa, sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan nonformal khusus anak-anak Papua ini.