Jakarta- Memotong rantai kemiskinan. Itulah kira-kira salah satu tujuan diadakannya program Bidikmisi atau bantuan pendidikan bagi mahasiswa miskin berprestasi yang digelar sejak tahun 2010 dan lantas disempurnakan menjadi KIP Kuliah pada tahun 2020 dan menjadi KIP Kuliah Merdeka pada tahun 2021. Melalui program tersebut, telah banyak siswa dari keluarga tidak mampu secara ekonomi berhasil menjalani pendidikan di perguruan tinggi dan lantas bekerja atau berwirausaha sehingga kehidupannya lebih baik.
Salah satu contoh mahasiswa penerima Bidikmisi yang berhasil keluar dari rantai kemiskinan adalah Maulana Haqiqi. Lelaki asli Lumajang, Jawa Timur, itu, tahun 2013 lalu memperoleh Bidikmisi untuk bisa berkuliah di Teknik Pertambangan FakultasTerknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus sebagai sarjana tahun 2017.
Kini, anak sulung dari dua bersaudara itu, diusia yang masih 29 tahun, sukses sebagai pengusaha tambang galian C, yakni pasir. Area tambangnya tersebar antara lain di Lumajang. Kota Kabupaten yang berada di kawasan tapal kuda Jawa Timur itu memang merupakan daerah penghasil pasir terbesar di Provinsi Jawa Timur dan merupakan salah satu daerah yang banyak terdapat perusahaan tambang pasir yang memiliki IUP (izin usaha pertambangan).
Selain di Lumajang, area tambang yang dimiliki Haqiqi juga tersebar di Ponorogo, Trenggalek, Pasuruan, dan Probolinggo. Usaha tambangnya bernaung dibawah enam badan usaha. Di luar enam badan usaha itu, Haqiqi juga sedang mengurus proses perijinan 16 area tambang lainnya.
Baca juga :Obsesi Alumnus Bidikmisi Yang Ingin Jadi Bupati
Ingin hidup lebih baik
Sekedar kilas balik, Haqiqi berayahkan seorang guru ngaji di sebuah madrasah di Lumajang dengan upah hanya Rp500 ribu per bulan dan ibunya menggarap tani di lahan kecil. Bersukur, Haqiqi dianugerahi otak encer sehingga sejak sekolah dasar sampai SMA selalu meraih posisi ranking 1. Dengan prestasi itu, biaya pendidikan Haqiqi digratiskan oleh sekolah, bahkan Haqiqi memperoleh biaya kursus dari salah seorang gurunya.
Menjelang lulus dari SMAN 2 Lumajang tahun 2013 lalu, sekolahnya melakukan pemetaan profil siswa untuk mencari siswa yang layak memperoleh Bidikmisi..
“Dicari yang benar-benar dari keluarga sederhana, tapi kemampuannya ada untuk dapat Bidikmisi, dan karena Ayah saya memang dapat dari Madrasah itu Rp.500.000, dan hanya dari sawah, Alhamdulillah masuk kriteria untuk Bidikmisi, “ujar Haqiqi saat dihubungi melalui telepon.
Soal pilihannya ke Prodi Pertambangan, diakui Haqiqi, berawal pengetahuan akan potensi Lumajang dalam hal tambang pasir serta dari keinginannya untuk hidup lebih baik dan karenanya ingin berkuliah di prodi yang baik dan karenanya oleh guru BK disarankan daftar di FTTM ITB.
“Alhamdulillah keterima dan di tahun ke-2, saya memantapkan untuk milih jurusan pertambangan, “katanya.
Haqiqi mengenang, saat itu dari Bidikmisi memperoleh biaya hidup Rp950 ribu perbulan. Dalam upaya menghemat pengeluaran, seringkal Haqiqi membawa bekal berupa ikan asin buatan sang ibu dari kampung halaman.
“Suka bawa bekal ikan asin banyak dari kampung untuk stok makan berbulan-bulan agar hemat,” demikian kata dosennya, Imam Santoso, seperti dikutip dari akun Instagram @santosoim.
Di samping itu, tinggal di asrama Sangkuriang milik ITB, Haqiqi tidak perlu bayar, bahkan dapat honor karena menjadi kepala asrama. Haqiqi juga memperoleh tambahan pemasukan berupa beasiswa Rp600 ribu sebagai pengajar les privat Fisika di Mesjid Salman.
Walau sibuk kuliah, Haqiqi juga aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Haqiqi dipercaya menjadi Ketua Angkatan Mahasiswa FTTM 2013, dan selama dua periode menjadi Ketua Asrama Sangkuriang. Di luar kampus, Haqiqi berkegiatan sebagai imam dari mesjid ke mesjid dan dari mushola ke mushola di sekitar asrama Sangkuriang yang terletak di Jalan Cisitu, Bandung.
Memperoleh beasiswa berupa Bidikmisi, Haqiqi merasa sudah dibantu negara, karena itu, Haqiqi berpikir dan menyadari, bahwa sudah sepatutnya memanfaatkannya sebaik mungkin dan ketika selesai kuliah, balik menyumbang ke negara berupa karya.

Berawal membantu proses perijinan
Lulus kuliah tahun 2017, Haqiqi diarahkan oleh seniornya di ITB untuk membantu pengusaha-pengusaha tambang di Kabupaten Lumajang dalam pengurusan perijinan, pembebasan lahan, dan lainnya. Dari kegiatan itu, sedikit demi sedikit Haqiqi memperoleh ilmu, wawasan dan koneksi dalam bidang pertambangan, utamanya pertambangan galian C, yakni tambang pasir.
“Dari situ saya memperoleh link, wawasan dan ilmu tentang pembebasan lahan, pengondisian masyarakat sampai operasi dan produksi, “katanya.
Mulailah Haqiqi terjun langsung ke usaha tambang pasir, berawal dari sebagai mitra, lantas mengumpulkan modal sedikit demi sedikit, mempertajam koneksi dan mulai membuka tambang sendiri pada tahun 2022.
“Kalau perizinan yang milik kami sendiri itu proses sudah mulai 2022, tapi kami baru produksi 2023, “katanya.
Haqiqi menamakan perusahaan-perusahaan tambangnya sesuai nama anak semata wayangnya, Damir.
“Anak saya satu, namanya Damir, dan nama anak saya itu jadi awal nama-nama perusahaan tambang yang saya dirikan, ada Damir Tambang Perkasa, Damir Putra Perkasa, Damir Mineral Perkasa, dan beberapa lainnya.

Memiliki istri wanita dari Rusia
Satu sisi kehidupan Haqiqi yang menarik adalah memiliki istri berkebangsaan Rusia, yakni Ulianaci yang juga mahasiswa ITB sampai lulus melalui kerjasama Rusia dengan Rusia. Istrinya yang sudah menjadi mualaf sejak tahun 2017 lalu itu mendampingi Haqiqi di Lumajang walau statusnya masih WNA. Ulia bahkan kini menjadi selegram yang kerap tampil dengan busana muslimah dengan konten-konten yang lucu.