Yogyakarta– Membangun Papua dengan wawasan global namun dengan aksi lokal. Dalam bahasa lain, bagaimana Papua dibangun melalui mengkombinasikan nilai-nilai lokal dengan berpikir secara global.
Itulah pemikiran Anugerah Amin Ignatius Julio Wejai, seorang mahasiswa asal Kabupaten Biak Numfor, Papua. Anu– nama akrabnya– merupakan mahasiswa penerima Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Tahun 2020 yang berkesempatan kuliah di Program Studi Studi Hubungan Internasional di Universitas Gajahmada (UGM), Yogyakarta.
Memiliki ayah seorang kontraktor, Anu menjalani masa SMA di Biak. Anu mengenai program ADik dari sosialisasi yang dilakukan Dinas Pendidikan Biak, sementara UGM dikenalnya ketika universitas tersebut mengadakan kegiatan KKN di kampungnya.
“Saat menyaksikan kegiatan KKN UGM itu, saya mengapresiasinya dan sejak saat itu saya tertarik untuk kuliah di UGM, “ujar Anu kepada wartawan saat Presstour yang diselenggarakan Puslapdik dan BKHM,Kemendibudristek, 13 November 2021 lalu.
Ditanya alasannya memilih Prodi Hubungan Internasional, Anu menjawab, ketertarikan pada studi hubungan internasional karena kegemarannya membaca buku-buku Sejarah.
“Saya sering membaca buku-buku sejarah, buku-buku tentang Soekarno, dan buku-buku yang ditulis Presiden SBY, di situ banyak dibahas mengenai internasionalisme, dari situ saya tertarik pada studi hubungan internasional, “ katanya.
Anu bersyukur karena Prodi Hubungan internasional di UGM sangat tepat dan linear dengan pemikirannya mengenai bagaimana membangun.
Anu menilai, ada kebijakan pemerintah selama ini tentang Pembangunan Papua selalu meniru kota atau wilayah lainnya, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Padahal, Anu meyakini, suatu daerah punya corak khusus tentang bagaimana membangun wilayahnya.
“Contohnya, di kampung tetangga saya di Biak, pernah digelorakan digitalisasi, padahal anak-anak di situ belum tahu apa itu handphone, mestinya pembangunan itu bersifat breakdown, “ujarnya.
Baca juga : Ayu Pramitha, Penerima PIP dan KIP Kuliah yang Selalu Berpikir Positif
Setelah lulus sarjana, Anu berniat melanjutkan studi S2 dan S3 untuk menggapai cita-citanya menjadi kepala daerah. Alasan ingin menjadi kepala daerah, katanya, karena seorang kepala daerah punya jangkauan luas dan kebijakannya bisa berdampak pada semua warganya.
Bercerita mengenai pengalamannya sebagai orang Papua yang berhasil kuliah di UGM, Anu menyadari, kesenjangan pendidikan antara di Papua dan di Jawa sangat besar. Karena itu, ketika pertama kali kuliah di UGM, Anu mengibaratkan dirinya memulai dengan pengetahuan minus.
“Di sekolah saya di Biak, Bahasa inggris masih vocabulary sementara di UGM sudah akademik, dan kesenjangan lainnya di beberapa bidang, jadi perjuangan saya di tahun pertama itu tinggi. Solusinya, bila teman-teman mahasiswa lain belajar 2 kali, saya 4 kali, “jelasnya.
Ingin Papua punya akses dalam pembangunan
Ingin membangun Papua setelah lulus kuliah juga diungkapkan Juan Anugrah Resmol, mahasiswa Penerima ADik Tahun 2022. Mahasiswa asal Jayapura ini diberi kesempatan berkuliah di Program Studi Pembangunan Wilayah Fakultas Geografi UGM.
Ayahnya berprofesi sebagai seorang konsultan serabutan dan ibunya menjadi bidan di sebuah rumah sakit.
Juan tertarik pada studi pembangunan wilayah karena menyadari, wilayah Papua itu terpisah-pisah oleh gunung, bukit, dan hutan sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk membangun Papua dan bagaimana membuat Papua memiliki akses dalam pembangunan.
“Belajar dari berbagai jurnal dan berbagai literatur, pembangunan itu cenderung meningkat ketika suatu daerah punya keterjangkauan dan fasilitas, “katanya.
Baca juga: Data Mahasiswa Penerima KIP Kuliah Wajib Tercatat di PDDikti
Juan merupakan lulusan SMAN 4 Jayapura Tahun 2021 namun baru lolos seleksi perguruan tinggi Tahun 2022. Orang tuanya berharap agar Juan ikut seleksi sekolah kedinasan karena ada jaminan pekerjaan setelah lulus. Lulus SMA Tahun 2021, Juan mencoba ikut seleksi di PKN STAN dan sekaligus ikut seleksi di Universitas Airlangga. Namun keduanya gagal. Pada Tahun yang sama ada peluang untuk kuliah di Universitas Indonesia, namun setelah berdiskusi dengan orang tuanya, tidak diambil karena faktor finansial orang tuanya yang tidak mendukung.
“Puji tuhan, Tahun 2022 saya dapat informasi beasiswa ADik dan lantas lolos seleksi hingga berhasil kuliah di UGM ini, “katanya.
Kelak, setelah lulus sarjana nanti, Juan berharap kembali ke Papua dan bekerja di BAPPEDA atau di Dinas PUPR.