Jakarta- Maulana Haqiqi merupakan salah seorang penerima Bidikmisi (Kini KIP Kuliah) tahun 2013 dan lulus sebagai sarjana pertambangan dari Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB tahun 2017.
Kini, di usianya yang masih 29 tahun, Haqiqi dikenal sebagai pemilik beberapa perusahaan tambang pasir di Jawa Timur. Melalui enam perusahaan tambang yang sudah memiliki Ijin Usaha Pertambangan (IUP) dan 16 perusahaan lain yang masih dalam proses perijinan, Haqiqi memiliki area tambang pasir di Lumajang, Trenggalek, Pasuruan, Probolinggo, dan Ponorogo.
Anak dari guru ngaji dan madrasah ini mengaku, dulu kuliah di ITB karena menurutnya ITB itu salah satu lembaga pendidikan tinggi terbaik di Indonesia. Ia pun memantapkan diri mengambil prodi pertambangan, selain karena atas saran guru-gurunya saat di SMAN 2 Lumajang, juga karena menyadari, bahwa Lumajang punya potensi di tambang pasir yang harus dimaksimalkan.
“Saya ingin menunjukkan ke pemuda-pemuda tentang adanya potensi-potensi besar di sekitar kita yang harus dimaksimalkan, kita jangan tutup mata dan tutup telinga mengenai potensi-potensi besar yang ada sekitar kita, “tegasnya saat dihubungi Puslapdik melalui telepon beberapa waktu lalu.
Baca juga:Haqiqi, Penerima Bidikmisi yang Jadi Juragan Tambang
Menurutnya, Indonesia itu tidak kekurangan orang pintar, tapi orang-orang pintar itu banyak yang tidak peduli dan tidak tergerak hatinya untuk memaksimalkan potensi-potensi di daerahnya masing-masing.
“Lihat saja, banyak jalan rusak, infrastruktur rusak, nggak boleh cuma nyalahin pemerintah, tapi karena yang pintar-pintar nggak peduli, “katanya.
Haqiqi membayangkan, seandainya orang-orang pintar peduli pada daerahnya masing-masing, mau membangun daerahnya, pemerintah daerah bisa lebih baik dari sebelumnya. Hasilnya, pembangunan dan perekonomian bisa lebih merata dan daerah bisa berkembang lebih baik
“Ketika orang-orang pintar peduli, bisa menimang-nimang apa yang kurang di daerah dan nanti bisa tuangkan dalam bentuk konsep atau gagasan, “ujar suami dari seorang gadis asal Rusia ini.

Haqiqi mengakui, ia terobsesi menjadi Bupati Lumajang di masa mendatang untuk memajukan Lumajang.
“Ya betul, sebagai Bupati Lumajang itu tujuan saya ke depannya, makanya sekarang cari uang dulu, “katanya.
Baca juga : Dengan Bidikmisi, Anak Sopir Truk itu Kini Jadi Staf Khusus Menteri
Saran untuk mahasiswa penerima KIP Kuliah
Pada kesempatan itu, Haqiqi berpesan kepada para mahasiswa penerima KIP Kuliah. Pertama, Haqiqi mengajak untuk tidak sampai lupa tujuan awal ada di kampus, yaitu belajar.
“Kalian dibiayai, dibantu oleh pemerintah biaya pendidikan dan biaya hidup di sana untuk belajar, bukan untuk yang lain, berorganisasi itu memang penting, tapi jangan lupa tujuan utamanya, yakni belajar sampai lulus kuliah, “katanya.
Kedua, Haqiqi mengajak para mahasiswa penerima KIP Kuliah untuk tidak minder karena orang miskin dan karenanya memperoleh bantuan dari pemerintah.
“Jangan minder karena melihat teman-temannya yang orang kaya, sebab kita itu statusnya sama, yakni mahasiswa, yang kaya atau miskin itu orang tua, kalau mahasiswa itu semuanya sama, yakni sama-sama berjuang untuk sampai lulus, “pungkasnya.
Terakhir, dikatakan Haqiqi, berkuliah itu, selain memperoleh pengetahuan, tapi yang utama itu untuk membentuk pola pikir. Karena, kepada mahasiswa penerima KIP Kuliah, keadaan keluarga boleh, hidup miskin itu jangan jadi halangan untuk maju. “Keadaan kita miskin nggak apa-apa, tapi pola pikir kita jangan sampai miskin, “kata pemilik IPK 3, 3 saat kuliah itu.