Jakarta– Mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan tujuan perguruan tinggi luar negeri, baik jenjang S1, S2, maupun S3, diminta lulus tepat waktu dan dengan prestasi yang sebaik-baiknya. Kelak setelah lulus nanti, diharapkan berkontribusi dalam gerakan Merdeka Belajar yang digaungkan Kemendikbudristek sejak tahun 2019 lalu.
Mahasiswa penerima BPI dengan tujuan perguruan tinggi luar negeri juga diharapkan membanggakan Indonesia dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan menjadi agen terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Demikian pesan dari Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, seperti yang disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek, Iwan Syahril, dalam Pembekalan Studi BPI Tujuan Luar Negeri di Kantor Kemendikbudristek, Rabu, 9 Agustus lalu.
Iwan sendiri menilai, mahasiswa yang memperoleh beasiswa untuk kuliah di luar negeri memiliki peluang untuk memperoleh pengalaman yang luar biasa, dan dituntut untuk memiliki resiliensi atau kemampuan menghadapi tantangan kehidupan.
Dalam kesempatan itu, Iwan mengingatkan para mahasiswa akan potensi culture shock karena berbeda budaya, berbeda lingkungan, berbeda budaya akademik, dan perbedaan-perbedaan lainnya.
“Berada di lingkungan budaya yang jauh berbeda, kurikulum yang berbeda, lingkungan pergaulan yang berbeda, membuat mahasiswa Indonesia akan mampu belajar menghadapi berbagai tantangan, “ujar Iwan.
Mendikbud, lanjut Iwan, juga berpesan agar di negara manapun mahasiswa berkuliah untuk selalu menunjukkan semangat berkebhinekaan global serta menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dengan membuka ruang komunitas baru.
“Kalian harus berinvestasi dengan membuka pertemanan seluas-luasnya. Selain kemampuan bahasa asingnya semakin terasah, yang lebih penting adalah pemahaman tentang budaya yang berbeda itu akan memperkuat rasa kemanuasiaan kita,” ujar Iwan.
Baca juga : Raeni Bagikan Tips Kuliah di Luar Negeri
Lolos seleksi sebanyak 465 orang
Sebelumnya, Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek, Abdul Kahar, menyampaikan, selama proses pendaftaran BPI dengan tujuan luar negeri pada Meidan Juni2023lalu, ada sebanyak 3570 pendaftar dan sebanyak 396 melakukan submit.
“Dari yang submit itu, setelah dilakukan seleksi administrasi dan seleksi wawancara serta diberi peluang masa sanggah, yang lolos seleksi final sebanyak 150 mahasiswa. Bila ditambah 285 mahasiswa jenjang S1 penerima Beasiswa Indonesia Maju (BIM) yang berasal dari BIM Persiapan, serta yang lolos seleksi program Pathway sebanyak 30 orang, total penerima BPI tujuan luar negeri sebanyak 465 mahasiswa, “kata Abdul Kahar.
Secara rinci, sebanyak 345 mahasiswa penerima beasiswa untuk jenjang strata satu (S1), 35 mahasiswa untuk jenjang strata dua (S2), dan 85 mahasiswa untuk jenjang strata tiga (S3). Para mahasiswa itu, dikatakan Abdul Kahar, tersebar di 20 perguruan tinggi di berbagai negara.
“Terdapat lima perguruan tinggi dengan penerima beasiswa terbanyak, yaitu University of Toronto sebanyak 50 orang, University British of Columbia sebanyak 41 orang, Nanyang Technological University sebanyak 34 orang, Monash University sebanyak 33 orang, dan University of New South Wales (UNSW) sebanyak 22 orang, “kata Abdul Kahar.
BPI Kemendikbudristek terdiri dari berbagai jenis program beasiswa, yaitu untuk Dosen Perguruan Tinggi Akademik, Dosen Perguruan Tinggi Vokasi, Pelaku Budaya, Beasiswa Indonesia Maju, serta Guru dan Tenaga Kependidikan. Semua program beasiswa bergelar S1, S2, dan S3 untuk dalam dan luar negeri dilaksanakan oleh Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi (BPPT), Kemendikbudristek dan didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Baca juga : Billy Mambrasar Ajak Awardee BPI Kemendikburistek Memasuki Pemerintahan
Dalam acara pembekalan itu, hadir secara luring 110 mahasiswa dan 355 mahasiswa lainnya mengikuti secara daring. Sebagai motivator, dihadirkan Indra Rudiansyah, Project Leader pada proyek mRNA vaksin di Biofarma. Hadir juga Sharlina Eriza Putri, alumni LPDP PK-5. Kedua motivator tersebut memberi tip dan trik mengenai bagaimana menghadapi berbagai kendala selama kuliah, bagaimana menghadapi culture shock dan bagaimana merancang perkuliahan dan menata masa depan.
Motivator berikutnya adalah I Made Andi Arsana, dosen Teknik Geodesi UGM. Arsana membekali siswa mengenai mengasah kemampuan menulis artikel ilmiah, mencari topik riset, dan bagaimana menemukan inovasi di lingkungan sekitar.
“Indonesia itu kaya dengan masalah dan ini di sisi lain merupakan peluang emas bagi mahasiswa dan juga peneliti untuk melakukan riset dan menemukan solusi atas berbagai permasalahan tersebut, “kata Arsana.
Ingin berkontribusi untuk bangsa
Salah seorang mahasiswa penerima BPI Tujuan Luar Negeri adalah Haryanto, seorang guru SD Muhammadiyah Condong Catur, Sleman, Yogyakarta. Ia akan melanjutkan pendidikan jenjang S2 di Program Studi Inclusive Education di University of Sidney, Australia.
“Tesis saya nanti terfokus ke pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus yang melibatkan semua pihak, semua guru, kepala tendik,orang tua, semua harus mendukung, “katanya.
Guru yang juga peserta micro credential yang mengkolaborasikan pendidikan khusus dan pendidikan menengah ini, bercita-cita, setelah lulus nanti ingin meningkatkan kompetensi guru-guru, tendik dan semua pihak untuk melakukan pendampingan pada siswa ABK di sekolah inklusi.
“Selama ini, hanya guru BK yang diberi tugas melakukan pendampingan sama siswa ABK, guru-guru lain belum memperoleh materi terkait pendampingan pada siswa ABK, tidak hanya di sekolah saya, tapi juga di sekolah-sekolah lain, “harapnya.
Penerima BPI tujuan luar negeri lainnya adalah Tamara Feri Kusuma Putri. Lulusan Cardiff Sixth Form College di Cardiff, Inggris, ini melanjutkan jenjang S1 Program Studi Bio Chemistry di University of California, San Diego, Amerika Serikat.
Menurut Tamara, ia tertarik untuk melakukan inovasi terkait proses kemoterapi bagi penderita kanker yang tidak menyerang imun tubuh penderita. Selain itu, Tamara berharap bisa menciptakan obat kanker yang hanya mematikan sel kanker tanpa mempengaruhi atau mematikan sel-sel tubuh lainnya.
“Selama ini, proses kemoterapi itu cenderung menyerang imun tubuh penderita kanker, “ujarnya.
Bila lulus kelak, lanjut Tamara, dirinya ingin menjadi peneliti kanker, mengetahui metabolisme kanker dan bisa bekerja dengan pemerintah untuk melakukan riset terkait sistem kesehatan di Indonesia, terutama pengobatan kanker supaya lebih efisisen dan efektif.
Diakuinya, setelah lulus,ingin mencari pengalaman dahulu di Amerika Serikat sebelum akhirnya kembali ke Indonesia dan berkontribusi pada bangsa dan rakyat Indonesia.
Lain lagi dengan Bhakti Eko Nugroho. Dosen di Departemen Kriminologi FISIP UI ini akan melanjutkan S3 di University of Quensland, Brisbane, Australia dengan program studi School of social sciences.
“Disertasi saya ini nanti terkait pembangunan Ibukota Negara baru nanti di Kalimantan, bagaimana dalam pembangunan IKN tersebut, pemerintah bisa melindungi kepentingan masyarakat adat setempat.
Bhakti berharap, hasil risetnya itu membantu pemerintah ketika mengembangkan suatu proyek nasional bisa tetap mengakomodasi kepentingan dan hak masyarakat adat.