Puslapdik- Universitas Serambi Mekkah (USM)mengapresiasi kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupa pembiayaan pendidikan melalui skema Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Melalui kebijakan yang merupakan kelanjutan dari Program Bidikmisi tersebut, kegiatan USM bisa berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian USM.
“Pemberian KIP Kuliah mendorong anak-anak Aceh yang status ekonominya ekonomi ke bawah bisa terangkat, terhindar putus kuliah, dan sebagainya, “kata Rektor USM, Teuku Abdurahman, beberapa waktu lalu kepada Tim Puslapdik.
Abdurahman mengemukakan, menurut data BPS per Desember 2020, ada kurang lebih 834 ribu penduduk Aceh berada dalam garis kemiskinan. “Propinsi Aceh itu propinsi termiskin di Sumatera dan termiskin kedua se Indonesia, dibawah Papua, “katanya.
Kebijakan bantuan KIP Kuliah, terutama di Aceh, lanjut Abdurahman, diharapkan akan mampu mengangkat harkat dan martabat mahasiswanya supaya sejajar dengan anak -anak dari propinsi lainnya.
“Aceh itu ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga pula, puluhan tahun dilanda konflik kemanusiaan, terkena tsunami dan kini terkena pandemi Covid 19. Hal itu berdampak pada sektor ekonomi dan pendidikan, “katanya.
Ia mencontohkan di USM itu ibaratnya miniatur Aceh. Mayoritas mahasiswanya berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Umumnya berasal dari daerah terisolir di Propinsi Aceh dan daerah terdampak konflik Aceh yang berkepanjangan.
Karena itu, pada penerimaan mahasiswa dalam tiga tahun terakhir ini, USM menerapkan kebijakan pembebasan uang kuliah tunggal (UKT). USM juga terus menjalin kerjasama dengan sumber-sumber beasiswa.
Terkait KIP Kuliah, dikatakan Abdurahman, tahun 2020 kemarin ada sebanyak 218 mahasiswa yang memperoleh KIP Kuliah.
“Pihak USM berharap, bantuan KIP Kuliah ini bisa dimanfaatkan mahasiswa penerimanya sesuai maksud dan peruntukkannya, “katanya.
Menurutnya, pihak USM selalu aktif memantau mahasiswa penerima bantuan KIP Kuliah, terutama dalam hal pemanfaatan dana bantuan dan bagaimana efeknya terhadap semangat belajar, keaktifan dan kreatifitasnya.
“Dalam pemantauan kami, banyak kemajuan yang diperlihatkan mahasiswa penerima KIP Kuliah, bahkan ada yang meraih prestasi, seperti lomba debat Bahasa Inggris, Olimpiade Nasional MIPA antar perguruan tinggi dan beberapa kejuaraan olahraga. Dengan KIP Kuliah, menurut saya bisa membantu memberdayakan para mahasiswa penerima KIP Kuliah, “tandasnya.
Kendala
Terkait kendala dalam penyaluran KIP Kuliah, menurut Abdurahman, ada satu orang yang dananya tidak masuk ke rekening. Setelah diselidiki, ternyata nomor rekeningnya sudah tidak aktif. Selain karena saldonya sudah lama kosong, juga ada perubahan status banknya, yakni Bank Aceh yang dulunya berupa bank konvensional namun lantas berubah menjadi bank Syariah. Setelah diupayakan, akhirnya mahasiswa yang bersangkutan bisa memperoleh bantuan KIP kuliahnya.
Persoalan lainnya adalah terkait kemampuan ekonomi keluarga dari mahasiswa penerima KIP Kuliah. “Mereka mengakui tidak punya uang untuk transportasi mengurus ke kampus, ke bank dan urusan lainnya, apalagi mayoritas tinggal di pelosok yang jauh dari akses transportasi dan juga jauh dari bank, seperti di Pulau Sabang atau Pulau Simeulue, “katanya.
Abdurahman berharap ada tambahan kuota bagi USM dalam penerimaan bantuan KIP Kuliah. Selain itu, ia juga berharap bertambah prodi yang bisa menerima KIP Kuliah. “Saya contohkan prodi Pendidikan Agama Islam karena prodi tersebut hubungannya dengan Kementerian Agama dan Prodi Teknik terkendala jumlah mahasiswanya yang kurang dari 20 mahasiswa, sementara kebijakan KIP kuliah, sebuah prodi bisa menerima KIP Kuliah juga jumlah mahasiswanya diatas 20 orang, jelasnya.
Ia meyakini, banyak manfaat yang diperoleh mahasiswa penerima manfaat dan juga kampusnya. “Bisa mengurangi jumlah siswa yang putus kuliah karena ketiadaan ekonomi, “katanya.
USM sedang mengkaji pembentukkan tim internal kampus yang akan melakukan pengamatan, analisa dan evaluasi terkait penggunaan bantuan KIP Kuliah.