Puslapdik– Bantuan pendidikan dari pemerintah menjadi salah satu alternatif pembiayaan bagi siswa dari keluarga tidak mampu. Salah satu siswa yang sangat merasakan bantuan pendidikan dari pemerintah itu adalah Ririn Gyantri Ashara Putri, gadis kelahiran tahun 2001 di Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Ayahnya berprofesi serabutan, kadang sebagai tukang batu,tukang kayu, ngambil kayu di hutan. Sedangkan ibunya hanya cleaning service. Beruntung, saat duduk di Sekolah Dasar Negeri 7 Baruga, Kendari, Ririn memperoleh beasiswa dari sekolahnya. Sedangkan saat di SMP 12 tahun 2013-2016 mendapat Bantuan Siswa Miskin (BSM). Begitu juga saat duduk di bangku SMK 6 tahun 2016-2019, juga di Kota Kendari, mendapat bantuan berupa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Dikdasmen.
Karena mempunyai KIP Dikdasmen, Ririn dipermudah saat mencoba memperoleh bantuan biaya pendidikan tinggi, yakni Bidikmisi, tahun 2019 lalu.
“Teman-teman lain, yang tidak mempunyai KIP, harus daftar di sekolah dengan membawa Surat Keterangan Tidak Mampu, kalau saya, karena sudah punya KIP, bisa daftar secara online di website Bidikmisi, “kenang Ririn saat diwawancarai melalui telepon beberapa waktu lalu.
Setelah menjalani perkuliahan di Program Studi Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari, Ririn merasakan manfaat dari bantuan Bidikmisi yang kini disempurnakan menjadi KIP Kuliah itu.
Baca juga : Berawal Dari Dana KIP Kuliah, Jadi Bisnis Beromzet Miliaran
“Orang tua saya tidak perlu lagi dibebani bayar UKT tiap semesternya, dan kebutuhan kuliah saya juga bisa terpenuhi, syukur alhamdulillah, “kata Ririn.
Diberi peluang untuk menikmati bangku pendidikan sejak SMP sampai kuliah melalui bantuan pemerintah tidak disia-siakan oleh Ririn. Saat di SMK, Ririn aktif di OSIS, anggota Paskibra dan di Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Bahkan tahun 2018 lalu, menjadi siswa terbaik ke-2 se-SMK Kota Kendari.
Begitu juga saat kuliah, Ririn aktif di BEM, dan himpunan mahasiswa. Sedangkan di luar kampus, gadis yang berasal dari suku Tolaki ini aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) serta di Ikatan Mahasiswa Administrasi Bisnis (IMABI). Tahun 2021 lalu, Ririn menjadi Finalis Putra-Putri Kampus Indonesia Sulawesi Tenggara.
Hadirnya Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) juga dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Ririn. Saat duduk di semester V, Ririn menjadi peserta Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB) selama enam bulan di Perum Bulog.
“Hasil dari magang tersebut dikonversi menjadi nilai SKS sehingga saat itu nilai IPK saya sempat 4.0, “ujarnya bangga.
Di tengah kesibukannnya berorganisasi tersebut, Ririn tetap mengutamakan perkuliahan.Hasilnya, dengan berbagai upaya yang maksimal dan konsisten, pada wisuda Universitas Halu Oleo Gelombang ke-2 Periode Oktober 2022 -Januari 2023, Ririn meraih predikat sebagai wisudawan terbaik, yakni peraih IPK tertinggi 3,91 diantara 1330 wisudawan.
Bercita-cita ingin melanjutkan ke jenjang S2, Ririn berpesan pada mahasiswa penerima KIP Kuliah untuk jangan menyia-nyiakan bantuan pemerintah.
“Selesaikan kuliah secepat mungkin dengan nilai akademik yang bagus.Kalau bisa selesai kuliah secepatnya, setidaknya bisa mengurangi beban negara. Misalnya saya selesai kuliah dalam 7 semester dari durasi Bidimisi yang 8 semester, kan anggaran satu semester bisa dihemat pemerintah, “jelasnya.
Baca juga : 5.133 Mahasiswa Siap Bantu Sosialisasikan KIP Kuliah 2023
Contoh keberhasilan pembinaan
Menanggapi keberhasilan Ririn itu, Wakil Rektor Bidang Akademik UHO, La Hamimu mengatakan, hal itu menunjukkan keberhasilan UHO dalam melakukan pembinaan terhadap mahasiswa penerima Bidikmisi atau KIP Kuliah.
Dikatakan Hamimu, tahun-tahun sebelumnya juga selalu ada mahasiswa penerima Bidikmisi yang meraih predikat wisudawan terbaik.
“Kita selalu bina mahasiswa penerima Bidikmisi dan KIP Kuliah untuk bisa selesai kuliah secepatnya. Pembinaan itu dilakukan melalui berbagai forum,seperti seminar akademik maupun non akademik, “katanya.
Namun, diakui Hamimu, di samping mahasiswa penerima Bidikmisi menjadi wisudawan terbaik, juga masih ada yang terpaksa diputus bantuan Bidikmisi atau KIP Kuliahnya karena berbagai hal.
“Beberapa kasus antara lain sudah dilakukan pembinaan, nilai IPKnya dibawah standar yang kami tetapkan, yakni 2.0 pada 3 semester pertama dan 2,67 di semester berikutnya dan sulit ditingkatkan, ada juga mahasiswa yang putus kuliah karena faktor keluarga dan atas kemauan mahasiswa sendiri, “jelas Hamimu.