Jakarta-Ini cerita tentang Yulion Mirin, remaja dari Suku Ketengban di Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua Pegunungan. Tahun 2021 lalu, Yulion lolos seleksi sebagai siswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM), salah satu program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,Riset, dan Teknologi yang sejak tahun 2023 dikelola Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan. Sebelumnya, Program ADEM ini dikelola Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Ditjen Pauddikdasmen.
Program ADEM merupakan program afirmasi bidang pendidikan yang diberikan pemerintah Indonesia kepada murid-murid jenjang SMP dan yang sederajat di Papua, daerah 3T dan anak buruh migran di Malaysia untuk menempuh pendidikan menengah yang berkualitas .
Kembali ke Yulion. Awalnya, Yulion berharap dapat bersekolah melalui ADEM di Jogjakarta atau Jakarta karena hanya dua kota di Indonesia itu yang dikenal Yulion. Namun, rupanya untuk Kabupaten Keerom, tujuannya adalah di Bali. Karena itu, Yulion menikmati bangku SMA di Bali, tepatnya di di SMA Negeri 1 Melaya, Jembrana, Bali.
“Sebelumnya saya tidak tahu Bali, saya hanya tahu Jakarta dan Yogyakarta, “kata Yulion yang kini duduk di kelas XII.
Baca juga:Membangun Papua Cara Mahasiswa ADik
Menginspirasi
Cerita Yulion bisa menginspirasi remaja-remaja asal Papua,bahkan remaja-remaja lain di Indonesia. Bukan karena menjadi siswa ADEM, tetapi karena kiprahnya di dunia literasi. Apalagi mengingat, bahwa Yulion berasal dari Kabupaten Pegunungan Bintang, salah satu kabupaten yang masuk dalam kategori daerah tertinggal atau 3T dari 62 daerah 3T di seluruh Indonesia.
Sekedar tahu saja, Kabupaten Pegunungan Bintang berada di perbatasan dengan Negara Papua Nugini, yang juga merupakan salah satu lokasi konflik bersenjata antara Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian RI dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Untuk menuju Oksibil, Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang, hanya bisa menggunakan transportasi udara dengan menggunakan pesawat kecil jenis Cessna, Pilatus, Twin Otter, atau Cassa. Itupun sangat tergantung pada perubahan cuaca yang sering berkabut.
Baca juga:Yulion Mirin: Siswa ADEM Yang Peduli Papua (Bag 2)
Tahun 2021 lalu, saat usianya masih 16 tahun dan duduk di bangku SMA kelas satu, Yulion menginisasi sebuah program bertajuk “ALAT TULIS UNTUK KAWAN DI PEDALAMAN PAPUA”. Tak sekedar gagasan tanpa aksi, mulai Tahun 2021, Yulion mengajak teman-temannya sesama siswa ADEM dan sukarelawan lainnya untuk mewujudkan gagasan itu. Yulionpun memanfaatkan sebagian uang yang diterimanya sebagai peserta ADEM yang sebesar Rp2juta se bulan untuk memberikan dukungan dan akses ke alat tulis sekolah yang dibutuhkan oleh anak-anak di pedalaman Papua agar semangat mereka dalam belajar dapat terus berkembang.
“Awalnya saya memanfaatkan Tabungan Rp 6 juta dan selanjutnya setiap bulan saya sisihkan untuk mewujudkan gagasan saya itu, “kata Yulion yang lulusan SMP 2 Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Propinsi Papua ini.
Inisiatif Yulion tersebut rupanya dilirik Yayasan Karya Anak Milenial atau KAMI Foundation,sebuah wadah bagi para pemuda-pemudi Indonesia baik yang berada di dalam maupun di luar negeri untuk mengembangkan diri dan menuangkan ide, inovasi serta karyanya. Bersama Kami Foundation,Yulion yang saat itu masih berusia 16 tahun, menyalurkan bantuan untuk 67 orang anak di Labuan Bajo.
“Awalnya di Labuan Bajo karena dekat dengan sekolah saya di Bali, untuk ke Papua waktu itu belum bisa, “katanya.
Setahun kemudian, Tahun 2022, Yulion baru menyalurkan bantuan ke Papua, tepatnya pada 96 orang siswa di Kampung Misool, Kabupaten Raja Ampat,Papua Barat.
Upaya itu diapresiasi Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Yulion pun bersyukur, di usianya yang masih 17 tahun memperoleh apresiasi dari pemerintah Kabupaten Raja Ampat.
Baca juga: Nadiem Harap Pelajar Papua Penerima ADEM Lanjutkan ke Pendidikan Tinggi
Ikut olimpiade
Tak puas sampai di situ, pada Tahun 2022 juga, Yulion mengikuti Olimpiade Literasi dan Numerasi Indonesia dan meraih medali perak. Dengan berbagai kiprah dan penghargaan itu, pada Tahun 2023, Yulion Bersama dengan Citra Kirana Utari dinobatkan sebagai Duta Penggerak Literasi Propinsi Papua Tahun 2023. Yulion juga telah terlibat dalam pertukaran pemuda di Asia dan meraih penghargaan dalam kompetisi literasi internasional pada tahun 2023.
Tak hanya di bidang literasi kiprah dan prestasi Yulion, tapi juga dalam bidang lingkungan. Hasilnya, pada Tahun 2023 juga Yulion didapuk sebagai Duta Inisiatif Indonesia Papua Pegunungan pada tahun 2023. Hal itu karena Yulion punya komitmen terhadap Papua dan lingkungan pegunungannya. Saat ini,Yulion sedang mencoba membuat eco bricks, yakni memanfaatkan botol-botol plastik untuk dibuat menjadi pot bunga.
“Sementara ini saya ujicoba di kost an saya karena banyaknya sampah plastik, terutama botol plastik, saya modifikasi menjadi pot-pot bunga, bila kelak saya kembali ke Papua, akan saya terapkan,” katanya.
Setelah lulus SMA kelak, Yulion bercita-cita untuk melanjutkan kuliah melalui program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Namun, Yulion mengakui masih berpikir mengenai program studi yang akan diambil. Pilihan pertama adalah ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Gadjah Mada. “Saya ingin dapat berkeliling di kampung saya, mengajak masyarakat untuk hidup sehat,” terangnya.
Pilihan lain adalah jurusan manajemen pendidikan. “Bukan untuk jadi guru, tapi untuk mengelola pendidikan di Papua. Kalau jurusan manajemen pendidikan saya mau ambil di Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha), ” kata Yulion yang bercita-cita jadi pemimpin ini.